Banyak orang mengira bahwa sisa sayur, buah dan makanan bisa kita buang di tempat sampah. Toh, sayur, buah dan sisa makanan ini akan terurai kan? Jadi kita ngga merusak lingkungan. Kebanyakan dari kita, tidak pernah sampai memikirkan bagaimana sampah atau sisa organik ini nanti terurai, simply karena dari awal kita berpikir sisa organik ini akan terurai tanpa membahayakan bumi kita. Hayoooo, ngaku siapa yang begini? Jujur, saya pernah di daam fase ini. But, as I know the truth, I have changed my habit, dan saya berharap itu juga terjadi pada kalian setelah membaca ini.
Sampah Organik di TPA
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyatakan, di tahun 2017, produksi sampah di Indonesia mencapai 64 juta ton pe rtahun dimana 69% nya terdiri dari sampah organik. akta ini diperparah dengan sistem pengelolaan sampah yang masih kurang baik, yakin 69% ke TPA, 7.5% kompos kompos dan daur ulang, pembakaran terbuka 5%, ditimbun 10% dan tidak ada perlakuan 8,5% [1]. Dengan membuang sisa organikmu langsung ke tempat sampah, kemungkinan besar kita hanya memindahkan sisa organik kita dari dapur ke TPA.
Ada apa dengan sisa organik di TPA?
TPA atau Tempat Pembuangan Akhir merupakan suatu lahan yang ditujukan untuk menimbun sampah yang dihasilkan oleh masyarakat indonesia, ya kita ini. Di TPA, sampah ditimbun sedemikian rupa sehingga (dengan harapan) akan terurai. Penimbunan sampah di TPA ini menyebabkan kondisi kurangnya atau tidak adanya oksigen dan sinar matahari. Hal ini menyebabkan sisa organik terurai secara anaerob (tanpa kehadiran oksigen). Lalu apa yang salah dengan proses penguraian anaerob ini?
#1 Gas Metana
Penguraian sisa organik secara anaerob (tanpa oksigen) akan menghasilkan campuran gas metana (CH4) sebanyak 55-75 vol% dan gas karbon dioksida (CO2) sebesar 25-45 vol% [2]. Bayangkan berapa gas metana yang diproduksi dari penguraian anaerob sisa organik di TPA? Produksi gas metana yang berlebihan ini ternyata membahayakan bagi bumi kita lho. Riset Princenton University menyatakan bahwa gas metana memiliki pengaruh dan kontribusi sebesar 30 kali lebih tinggi daripada gas karbon dioksida terhadap efek rumah kaca dan pemanasan global [3]. Selain menyebabkan efek rumah kaca dan pemanasan global, gas metana juga bersifat mudah terbakar. Hal ini tak jarang bisa menyebabkan kebakaran di TPA.
#2 Polusi Air Tanah
Penguraian sisa organik tapa oksigen yang terjadi di TPA juga menyebabkan produksi asam yang akan meresep di dalam lapisan tanah. Nantinya, zat asam ini akan sampai dan mengotori air tanah kita. Padahal, akses sumber air bersih merupakan hal yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup kita. UNICEF dan WHO memperkirakan Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara yang sulit mengakses sumber air minum. Sebanyak 39 juta orang di Indonesia masih mengalami kesulitan untuk mengakses air minum. 1 dari 6 anak dan 1 dari 8 keluarga di Indonesia tidak memilki akses ke air minum yang aman [4]. Kebayang ngga, akses ai bersih yang sudah sulit ditmaba pencemaran air tanah yang disebabkan oleh sisa organik di TPA?
Lalu, kemana kita harus membuang sisa organik?
Tidak ada sisa organik yang seharusnya di buang ke tempat sampah! Ada banyak sekali cara untuk menghindari sisa organik terbuang percuma ke TPA.
- REFUSE. tolak makanan yang tidak kita butuhkan. Buat daftar belanja dan hanya beli bahan makanan yang kita butuhkan.
- REDUCE. hindari memasak berlebihan dengan melakukan meal preparation atau membuat daftar menu makanan mingguan. Ambil porsi yang cukup dan habiskan makananmu.
- REPURPOSE. masak kembali makanan sisa (leftover) dan olah sisa sayur dan buah menjadi hal lain seperti eco enzyme, veggie stock, dan tea scraps
- REGROW. tanam dan tumbuhkan kembali sisa sayuran di dapur, misalnya seperti daun bawang
- ROT. mengompos sisanya. Belajar cara mengompos disini yuk
Jadi gimana? sudah siap untuk mengolah sisa organik dirumah?
Please help to share this article, so more people are aware of the danger of throwing away organic waste to landfill