Mengompos menjadi solusi kunci krisis iklim? masa sih?
Kebanyakan menganggap jika membuang sampah organik ke tempat sampah, itu akan terurai di tempat lain. Sejujurnya akupun dulu begitu!
Aku sempat berpikir bahwa it’s okay untuk membuang sisa makanan, sayur dan buah ke tempat sampah. Toh akan terurai bukan? ya kan?
Ternyata tidak begitu kenyataannya. Lalu, kemanakah sisa organik yang kita buang ke tempat sampah?
Kemanakah sisa Organik yang kita buang?
Sisa atau sampah organik yang kita buang ke tempat sampah ternyata akan bercampur dengan sampah anorganik lain. Seperti halnya sampah yang lain, semua sampah ini akan berakhir di Tempat Pembuangan Akhir atau TPA.
Ada yang perna mengunjungi TPA? TPA adalah tempat sampah dibuang atau sebetulnya hanya memindahkan sampah-sampah. Baik itu sampah dari rumah, kantor atau sekolah. yesss… jadi TPA adalah tempat gunungan sampah!
Sisa Organik Penyebab TPA penuh!
masa sih? bukannya masalah kita selama ini sampah plastik?
Yup, true. Plastik memang menjadi satu masalah dalam krisis sampah yang terjadi di Indonesia. Tapi ternyata, plastik ‘hanya’ menyumbang sekitar 14% volume sampah yang ada di TPA lho!
Lalu bagaimana dengan sisa organik?
Ternyata sisa organik menyumbang sebanyak 50-60% volume sampah yang ada di TPA! WOWWWW banyak banget yahh, jauh lebih banyak daripada volume sampah plastik!
Tahun 2021, TPA Bantar Gebang di Bekasi diprediksi akan penuh… Ya… mungkin penuh karena kita tidak mengolah sisa organik kita di rumah. Kan, 60% sampah yang di TPA sampah organik basah bukan?
Permasalahan lain sampah organik di TPA
Lalu memangnya kenapa dengan TPA?
Gunungan sampah yang ada di TPA terdiri dari campuran sampah, mulai dari plastik, multilayer, kertas, organik. Bahkan, bisa saja ditemukan sampah medis. Semua sampah ini bertumpuk menjadi gunung sampah yang sangat besar.
Hal ini mengakibatkan sisa organik yang kita buang ke TPA bertumpukan dengan sampah-sampah yang lain. Sehingga sisa organik terurai tanpa oksigen atau melalui proses anaerob. Penguraian itu sangat berbahaya karena menghasilkan gas-gas rumah kaca. Misal seperti metana (CH4), karbon dioksida (CO2) dan nitrogen oksida penyebab efek rumah kaca.
Efek rumah kaca yang menyebabkan suhu bumi kita meningkat, alias krisis iklim! Selain itu, gas metana yang terperangkap di dalam tumpukan sampah dapat memicu ledakan dan longsor. Terbukti memakan korban jiwa yang sudah sangat sering terjadi di Indonesia.
Selain itu, sisa organik di TPA dapat mengotori sampah-sampah anorganik lain. Sehingga menurunkan nilai jual dan kemampuan sampah untuk didaur ulang!
Sampah anorganik yang sudah kotor dan bercampur dengan sisa organik sangat sulit didaur ulang dan hanya bertumpuk di TPA saja. Parahnya sisa organik di TPA juga dapat menghasilkan air lindi yang bisa mencemari air tanah sekitar.
Solusi di level Individu dan Rumah Tangga
Jadi, apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah terjadinya krisis iklim dan TPA yang meledak? Apalagi hingga memakan korban jiwa, dan pencemaran lingkungan lainnya akibat sampah organik?
MENGOMPOS DI RUMAH adalah kunci!
-
Product on saleKomposter Ember Sustaination 25 LOriginal price was: Rp 299.000.Rp 272.090Current price is: Rp 272.090.
-
Tutup Casing Biopori – Lubang Resapan AirRp 79.000
Dengan mengompos kita mencegah terbuangnya sisa organik ke TPA, sehingga TPA kita tidak penuh
Mengompos artinya kita mencegah sisa organik terurai di TPA dan menghasilkan gas metana yang berbahaya bagi iklim bumi dan juga penyebab ledakan serta longsornya TPA
Mengompos juga berarti kita mencegah pencemaran lingkungan
Dengan mengompos, kita mempermudah hidup pengelola sampah, memanusiakan manusia, dan bahkan menyelawamatkan nyawa orang lain.
Jadi, kapan nih kamu mau mulai mengompos di rumah?