Sisi Gelap Air Minum Dalam Kemasan dan Botol Plastik

Kesibukan dan rutinitas yang padat sering kali menggiring kita pada gaya hidup praktis dan instan. Kebanyakan masyarakat urban, tidak mau lagi mengenal kata ‘ribet’ di harinya yang sudah panjang dan melelahkan. Salah satunya yang sangat umum, memilih untuk mengonsumsi air minum dalam kemasan.

Salah satu barang yang sering kali dianggap ‘enteng’ adalah air minum. Untuk menjaga tubuh kita cukup dengan cair, manusia dewasa setidaknya membutuhkan 2 liter air minum setiap harinya. Sayangnya, untuk memenuhi kebutuhan air minum harian ini, sering kali kita sangat bergantung pada air minum dalam kemasan yang banyak dijual di supermarket, minimarket dan warung terdekat, simply karena praktis, ga ribet, bersih, dan terkesan ‘murah’.

Tapi benarkah seperti itu?

Eksploitasi Mata Air

Sudah bukan berita baru bahwa perusahaan Air minum dalam kemasan (AMDK) telah banyak melakukan ekploitasi mata air yang dimiliki oleh penduduk lokal di berbagai daerah di Indonesia. Salah satu merek AMDK ini memiliki 14 pabrik dan memonopoli puluhan mata air. Kabar menyebutkan, dari tahun 2001 hingga 2008, perusahaan ini telah menyedot lebih dari 30 miliar liter dan menguasai 80% penjualan air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia.

Di Sukabumi, warga melaporkan sejak berdirinya Pabrik AMDK di desa tempat tinggalnya, air sumur menjadi kering sehingga warga terpaksa harus berjalan lebih jauh untuk mengambil air bersih.  Sebanyak 48 persen atau hampir separuh pengambilan air tanah di Kabupaten Sukabumi dilakukan oleh tiga perusahaan penghasil produk terkemuka di dunia, yaitu Aqua, Pocari Sweat, dan Indomilk. Berita menyebutkan, sebanyak 24 persen warga tinggal di sekitar perusahaan air kemasan tergolong miskin dan kesulitan air bersih. Beberapa daerah juga melakukan penolakan terhadap pengeboran mata air lokal oleh perusahaan AMDK, seperti di Karangasem, Bali, dan juga Serang, Banten.

air minum dalam kemasan

Bahaya mikroplastik

90% air minum dalam kemasan di dunia telah tercemar mikroplastik. Beberapa merek yang disebutkan mengandung mikroplastik juga beredar di Indonesia. Mikroplastik ini adalah sebuah materi plastik yang < 6 mm. Mikroplastik ini dapat masuk di dalam tubuh kita bersama dengan air yang kita minum dan sebagian akan mengendap ditubuh kita. Bahkan, penemuan terbaru menunjukkan bahwa ditemukan mikroplastik di dalam kotoran manusia. Hal ini menunjukkan bahwa kita benar-benar mengonsumsi plastik, dan salah satu sumbernya adalah air minum dalam kemasan botol plastik ini!

air minum dalam kemasan

Tingkat Daur Ulang yang Rendah

Botol minuman plastik umumnya dibuat dari plastik berbahan PET, atau Polyethylene dengan lambang resin 1. Umumnya, plastik jenis PET ini dapat didaur ulang di banyak tempat sehingga, banyak yang terkesan ‘ah gapapa toh botol ini bisa didaur ulang’.

Bahkan, inisiatif terbaru salah satu brand ternama mengklaim dirinya sebagai ‘ramah lingkungan’ karena botol yang digunakan terbuat dari plastik daur ulang dan dapat didaur ulang lagi setelah habis masa pakainya.

Guardian menyebutkan ada 1 juta botol plastik diproduksi setiap menit di dunia, jumlah ini setara dengan 20.000 botol plastik setiap detik. Indonesia sendiri menjadi negara ke-4 pengguna botol plastik terbanyak di dunia. Tercatat penggunaan botol plastik di negara kita mencapai 4,82 miliar. Menurut lembaga internasional Euromonitor, hampir setengah dari penjualan botol minuman tahun lalu, disumbang oleh Danone Aqua berarti sekitar 2,41 miliar botol setiap tahun.

Dari sekian besar jumlah botol plastik yang diproduksi, berapa sihh yang berhasil di daur ulang?

Dalam skala global, lembaga International Euromonitor menyebutkan hanya sekitar 50% botol plastik yang berhasil didaur ulang, dan hanya sekitar 7% yang berhasil menjadi botol lagi. Yang lain? dialigunakan menjadi misalnya bahan kain sintetik poliester, dan kualitas plastik yang lebih rendah lainnya.

Berapa Recycling rate AMDK di Indonesia? no one knows. Jika seandainya pun Recycling rate AMDK tinggi dan mencapai 50%, 50% lainnya masih berpotensi sangat tinggi untuk mencemari lingkungan.

Boros Air

Sebagian orang mengira dengan menggunakan tumbler sendiri berarti sama dengan boros air saat mencuci? Bener ga sih?

Well, tau ga sih, kalau membuat 1 botol air mineral dalam kemasan dibutuhkan 3 kali lipat air lebih banyak dari yang ada didalam kemasan itu sendiri? Misalnya nih, dibutuhkan 3 liter air untuk memproduksi 1 liter air minum dalam kemasan lho.

Jadi lebih boros mana, pakai tumblermu sendiri berulang kali atau beli Air minum dalam kemasan setiap kali kita haus?

Boros Energi dan Minyak Bumi

Selain boros air, produksi air minum dalam kemasan juga sangat boros sumber daya, seperti minyak bumi. Botol PET ukuran 1 liter memiliki berat sekitar 40 gram. Dengan konsumsi botol plastik sebanyak 4,82 miliar botol setiap tahun dengan mayoritas ukukran 600 ml, maka dibutuhkan 150.000 ton plastik PET untuk memproduksi semua botol plastik ini.

Produksi plastik melalui proses produksi yang sangat panjang, dimulai dari proses ekstraksi minyak bumi, pemisahan, pengolahan, distribusi sampah akhirnya sampai ke tangan kita. Tentu untuk menghasilkan 150.000 ton plastik PET ini membutuhkan energi yang sangat besar dan melalui proses yang sangat panjang.

Selanjutnya, Para peneliti menyatakan, diperlukan energi sebesar 4 juta joules, atau 4 Megajoules untuk memproduksi 1 buat plastik botol PET berukuran 1 liter dengan berat sekitar 40 gram. Dengan total berat plastik PET seberat 150.000 ton plastik, maka energi yang dibutuhkan adalah sebesar 15 Milyar Megajoules!! Kebayang ga sih seberapa besar energi ini?

Kalau dikonversi menjadi minyak bumi, 1 barel minyak mentah memiliki energi sebesar 6.000 Megajoules. Jadi, untuk memproduksi botol plastik yang kita konsumsi di Indonesia memerlukan minyak bumi sebanyak 2.5 juta barel atau sebanyak 1 milyar liter minyak bumi! Jumlah ini dapat digunakan untuk 150.000 mobil dalam satu tahun!

Jejak Karbon Botol Plasik

Proses pembuatan 1 ton plasik PET menghasilkan sekitar 3 ton emisi karbon dioksida. Jadi, 1 liter botol air minum dalam kemasan dengan berat sekitar 40 gram menghasilkan sekitar 120 g emisi gas CO2.

Proses produksi botol plastik di Indonesia yang mencapai 4,82 miliar membutuhkan sekitar 150.000 ton plastik PET. Dari perkiraan ini, setidaknya ada sekitar 450.000 ton emisi gas CO2 hanya dari proses produksi botol plastiknya saja! Jumlah ini sama saja dengan berkendara dengan mobil sejauh 1.8 milyar kilometer, atau 45.000 kali keliling bumi! Jumlah ini Belum termasuk proses transportasi dan distribusi hingga akhirnya sampai di tangan kita lho!

air minum dalam kemasan

Mahal

Saat kita membeli air minum dalam kemasan, sebesar 80% harga yang kita bayarkan hanya untuk membayar biaya kemasan plastik botol. Kira-kira hanya 1/5 dari uang yang kita keluarkan digunakan untuk membayar air yang akan kita konsumsi.

source: instragram.com/poninipu

Polusi Plastik

Ini bukan sebuah hal yang baru untuk dibahas disini bukan? Sebanyak 35 Milyar botol plastik dibuang di dunia setiap tahun. Saat kita membuang botol plastik ke tempat sampah, botol plastik sebagian besar berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Jika beruntung, botol ini akan dipungut oleh pemulung untuk kemudian dibersihkan dan dijual ke bank sampah untuk mendapatkan uang. Botol plastik yang ada di TPA membutuhkan waktu setidaknya 450 juta tahun untuk terurai!

Belum lagi potensi botol plastik untuk mencemari sungai dan laut! 90% sampah yang terapung di lautan adalah sampah plastik, salah satu yang terbesar adalah botol plastik!

Pulau sampah di tengah Samudera Pasifik. Source: Phys.org

Dari semua sisi gelap yang disebutkan diatas, jadi kamu masih mau minum air minum dalam kemasan? yuk bawa tumblermu mulai hari ini!

7 thoughts on “Sisi Gelap Air Minum Dalam Kemasan dan Botol Plastik

    • Avatar photo
      dwi sasetyaningtyas says:

      Hi betty!

      saat ini sudah mulai banyak water fountain di tempat umum. semoga semakin banyak dan semoga masyarakat kita bisa saling menjaga yah!

      Tyas

  1. Lathif Kumoro says:

    Hai, artikel yang sangat menarik. Menurut saya, kesadaran untuk menggunakan botol minum berulang pakai (reusable) saat ini makin gencar, terutama di kalangan anak muda ya. Nah, yang saya lihat di pasaran, umumnya botol minum reusable yang dijual ada yang menggunakan bahan stainless steel dan ada yang menggunakan bahan plastik BPA-Free. Setelah saya membaca poin “Boros Energi dan Minyak Bumi” dan poin “Jejak Karbon Botol Plastik”, maka pertanyaan saya, manakah di antara kedua jenis bahan botol minum reusable tersebut yang lebih hemat energi dan ramah lingkungan selama proses produksi atau pembuatannya? Terima kasih.

    • Avatar photo
      dwi sasetyaningtyas says:

      Hi Lathif,

      Kalau melihat semua sisi termasuk sisi kesehatan, saya rekomendasikan untuk beralih ke botol resuable berbahan staineless dan kaca. Kenapa? karena BOA free itu belum tentu bebas chemical, sama seperti sugar-free hanya mengganti gula glucose menjadi fructose dengan bahaya yang kurang lebih sama. Ada bahan2 senyawa kimia lain yang menggantikan BPA. selama dipakai berulang kali, botol stainless steel atau kaca akan lebih aman dari segi kesehatan dan lebih ramah lingkungan karena bisa di daur ulang tanpa mengalami penurunan kualitas

      Salam
      Tyas

  2. rifky says:

    konten yang bagus, di berita kampus saya juga membahas tentang Mewaspadai Air Minum dalam Kemasan, saya memiliki tautan untuk referensi anda
    news.unair.ac.id/2018/03/22/mewaspadai-air-minum-dalam-kemasan/

    • Bob Surachman says:

      Hi Tyas,
      Great article, saya sedang mempersiapkan gravity drinking water dispenser dgn mempergunakan ultra filtration filter (0.4 micron pore size) yg bisa memurnikan air PAM, Air Sumur, Air hujan dan sangat cost effective sehingga bisa terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Saya mau meminta izin untuk memuat artikelnya dalam summary yg akan saya buat. Terima kasih.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *