Memenangkan kompetisi diantara negara-negara di dunia, menjadi sebuah kebanggaan tersendiri. Tapi jika kompetisi itu adalah produksi sampah? Menjadi negara dengan jumlah produksi terbanyak dibandingkan negara-negara lainnya, apakah masih terdengar membanggakan? Faktanya, produksi sampah indonesia menduduki peringkat kedua di dunia.
Data Jambeck tahun 2015 menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia sebagai penghasil sampah plastik ke laut, diantara 10 deretan teratas berikut ini:
- China (3,5 juta ton)
- Indonesia (1,2 juta ton)
- Filipina (750 ribu ton)
- Vietnam (730 ribu ton)
- Srilanka (640 ribu ton)
- Thailand (410 ribu ton)
- Mesir (390 ribu ton)
- Malaysia (370 ribu ton)
- Nigeria (340 ribu ton)
- Bangladesh (310 ribu ton)
Ketika ditotal, setiap tahunnya sebanyak 8 juta ton sampah plastik berakhir di laut. Jumlah yang sama besarnya dengan total sampah plastik yang dihasilkan oleh seluruh negara tahun 1961. Hingga para ahli memprediksi bahwa tahun 2025, kita bisa mencapai angka sepuluh kali lipatnya jika tidak ada upaya untuk memperbaiki.
Tapi ada hal yang mengejutkan, Apa itu?
Sampah yang Mendominasi
Belum selesai kita membahas angka sampah plastik yang kian mengkhawatirkan, kita harus berhadapan dengan fakta yang lebih menyedihkan. Bahwa total sampah plastik hanyalah 14% dari seluruh sampah di Indonesia! Ya, sampah plastik yang membuat Indonesia sebagai negara penghasil sampah peringkat dua, hanyalah sebagian kecil. Masalah sampah di Indonesia jauh lebih besar daripada itu!
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), komposisi sampah didominasi oleh sampah organik, yakni mencapai 60% dari total sampah. Loh, berarti bagus dong? Kan itu bisa terurai secara alami. Eits, tunggu dulu. Sayangnya tidak sesederhana itu!
Faktanya, tumpukan sampah organik itu sulit terurai karena tercampur dengan sampah lain (anorganik dan B3). Bahkan bisa meledak kapan saja, seperti yang terjadi di TPA Leuwigajah Bandung, dimana TPA meledak dan longsor menimbun 2 pemukiman. Sebanyak 157 orang tewas di tempat, belum termasuk jasad yang tidak ditemukan.
Wah, parah banget dong? Iya, jelas. Seharusnya, ini jadi masalah serius dan prioritas untuk kita selesaikan.
Bagaimana Caranya?
Peran Masyarakat (Kita)
Tentu saja, peran aktif kita semua (sebagai masyarakat) dibutuhkan untuk menghadapi masalah sampah. Karena kita juga yang selama ini menghasilkan sampah. Jika semakin banyak yang mau untuk mengurangi dan mengelola sampah dari rumah, semakin banyak pula sampah yang teratasi. Kamu bisa mulai dari menggunakan produk pakai ulang, supaya lebih sedikit yang terbuang.
Sedangkan sampah yang tidak bisa dipakai lagi, dikelola menjadi sesuatu yang bermanfaat. Misalnya sampah organik dikumpulkan dan dikelola menjadi kompos. Sedangkan untuk sampah anorganik, kalaupun tidak bisa mengelolanya satu persatu, bisa dikirim ke bank sampah atau menggunakan jasa penjemputan sampah.
Peran Instansi
Upaya ini akan semakin efektif jika semua turut mengambil peran, termasuk juga instansi-instansi sebagai produsen limbah yang cukup mudah terkelola. Mereka juga bisa ikut andil dalam upaya pengurangan dan pengelolaan limbah. Salah satunya adalah industri fashion yang dapat menerapkan konsep circular economy, supaya tidak ada bagian yang terbuang. Misalnya dengan memproses kembali produk gagal, menjadi produk lain yang tetap memiliki manfaat. Menggunakan bahan upcycle dan recycle sebagai materialnya dibandingkan mengolah kembali raw material. Sehingga menjadi solusi permasalahan sampah di Indonesia dan dunia.
Peran Pemerintah
Fakta sudah membuktikan bahwa adanya tempat-tempat pembuangan sampah belum cukup untuk mengatasi masalah ini. Itu hanya memindahkan sampah-sampah ke tempat baru dan justru sangat berbahaya karena menyimpan potensi ledakan gas metana. Jadi peran pemerintah jelas dibutuhkan bukan hanya sebagai penyedia lahan pembuangan.Diharapkan pemerintah bisa lebih aktif untuk mendorong terlaksananya program-program pengurangan dan pengelolaan sampah. Karena program ini tidak akan berjalan efektif kalau tidak ada keikutsertaan bagi masing-masing pihak.
Termasuk pemerintah dalam memfasilitasi program pengelolaan sampah dengan cakupan lebih luas. Sehingga jumlah sampah yang dimanfaatkan bisa lebih besar dibanding yang terbuang ke TPA. Selain itu pemerintah Indonesia bisa menetapkan regulasi seperti beberapa negara di Eropa dengan menetapkan tarif pajak untuk produk yang berpotensi mencemari lingkungan.
Memang masalah ini terdengar sangat besar. Namun, jika masing-masing pihak mengambil peran aktifnya masing-masing, masalah ini pasti bisa teratasi! Yuk bersama-sama kita memulai dari diri kita sendiri, mencoba mengkurasi perusahaan yang mendukung, dan menyuarakan lebih sering kepada pemerintah agar tercipta hidup yang selaras dan berkelanjutan.
-
Komposter Mini Sustaination 8 LRp 189.000
-
Komposter Ember Sustaination 25 LRp 299.000
How does Indonesia’s waste management infrastructure support the goal of achieving sustainable development?
How does Indonesia’s waste management infrastructure support the goal of achieving sustainable development?