#SustainHero 4: Menularkan budaya Zero Waste ala Siska Nirmala

Banyak orang bilang kalau hidup minim sampah itu ribet, belum lagi rasa gemas karena susah sekali untuk mengajak orang-orang terdekat, terutama orang tua. Beberapa hari terakhir ini banyak sekali yang bertanya ke saya, bagaimana sih cara mengajak orang-orang terdekat memulai untuk mengurangi sampah? Rangkaian obrolan santai Sustaination dengan Siska Nirmala, wanita dibalik budaya  zero waste adventure. masih berlanjut! 

Baca juga Episode Earth Hero 3 tentang naik gunung tanpa sampah bersama Siska @zerowasteadventure disini.

Episode kali ini, Siska menceritakan bagaimana awal mulanya dia hidup minim sampah, dan bagaimana Siska mengajak orang-orang terdekat untuk ikut mengurangi sampah! Yuk kita simak bagaimana cerianya! 

Awalnya memulai zero waste bagaimana ceritanya?

Mulai kenal dengan zero waste di tahun 2010, saat pelatihan dari ypbb. Lalu ada kesempatan naik ke gunung Rinjani (2010) melihat kondisi sampah banyak sekali di 2 gunung itu. Waktu itu, saya merasa miris dan tertampar karena saya pun masih bawa sampah dari makanan kemasan saat naik 2 gunung itu. Jadi, teringat kembali “kenapa ga zero waste juga waktu naik gunung?”Akhirnya di tahun 2011, saya mencoba naik gunung semeru tanpa menghasilkan sama. Dari situ saya berpikir, sayang kalau zero waste cuma pas naik gunung aja. Jadi saya targetkan untuk berubah dulu di rumah di tahun 2012, dan berani memulai ekspedisi nol sampah di tahun 2013

Kata orang: Zero waste itu ribet, betul begitu?

Orang melihat zero waste itu ribet biasanya karena belum mulai dan belum mencoba. Nah,cobain dulu sebelum bilang ribet. Selain itu, biasanya mereka juga belum paham prinsipnya. Karena prinsip zero waste itu kan mengurangi sampah. Nah yang merasa ini ribet itu karena mereka lihatnya zero waste ini ini harus NOL. Padahal pilih aja salah satu hal yang paling mudah, misalnya menolak sedotan plastik, asalkan berkomitmen dan konsisten, mau melakukan hal ini terus menerus.

Zero waste itu proses. Bukan satu-dua hari jadi, apalagi budaya kita selama ini membuang sampah seperti ini. Saya juga sampai di titik ini karena proses selama 6 tahun. Sampah pertama yang saya hindari itu AMDK. Saya termasuk orang yang susah minum air putih, sukanya minum minuman segar berwarna. Tapi setelah satu tahun berproses bisa kok. Memang semua butuh proses

Jangan dulu bilang ribet kalau belum coba, Jangan bilang ribet kalau teman-teman belum rubah mindset-nya

Mbak Siska sering bilang “Budaya lawan dengan budaya”, maksudnya gimana?

Ini sebetulnya saya terinspirasi oleh Pak Anies baswedan: budaya itu dimulai dari kebiasan, lalu dari kebiasaan nanti jadi terbiasa, setelah terbiasa nanti jadi budaya. Untuk ngelawan budaya suka nyampah ini, kita harus buat budaya baru, salah satunya ya budaya zero waste ini

Bagaimana Tanggapan orang terdekat dan keluarga tentang zero waste ini?

Suami awalnya lebih ke ‘malu’. Misalnya beli beras harus pakai wadah sendiri. Atau harus nganterin ke pasar, jadi suka malu dan ribet. Tapi sekarang karena sudah terbiasa dan membuat dia berpikir sendiri. Misalnya karena suami saya masih merokok, hal ini menjadi catatan tersendiri untuk dirinya meskipun saya tidak pernah menyinggung tentang dia merokok dalam budaya zero waste ini. Sekarang sudah mendukung sekali dan mulai ngga malu untuk bawa wadah sendiri kemana-mana.

Di Keluarga dekat, adik saya yang paling terpengaruh. Saya tidak pernah meminta ibu saya untuk punya komposter sendiri. Karena saya punya prinsip:

“orang yang harus “diracunin” itu bukan angkatan ibu kita, tapi anak-anak muda!”

Kenapa? Singapura bisa berubah seperti ini karena lompat generasi. Kalau kita ingin merubah budaya, jangan terlalu fokus untuk merubah generasi tua. Kalau ada yang mau berubah ya bagus, tapi jangan habiskan energi untuk merubah angkatan tua. Fokus untuk merubah diri sendiri dan generasi dibawah kita.

“memang sulit untuk mengubah budaya orang tua kita yang sudah kadung terbiasa bersentuhan dengan plastik dalam keseharian. Tapi kita memiliki generasi muda yang siap menjadi agen-agen perubahan. Mereka yang akan memulai era minimalisasi produksi sampah. Zero waste adalah masa depan.” 

Siska, dikutip dari buku zero waste adventure

Apa sih yang harus kita siapkan untuk memulai zero waste?

Niat. Harus siapkan 1000%. Niat untuk diri sendiri dulu, ngga usah muluk-muluk. Jangan berpikir untuk merubah orang lain, apalagi merubah dunia tapi kamu belum melakukan apa-apa untuk diri sendiri. Fokus aja pada diri sendiri dulu, itu yang lebih penting. 



Mungkin ada saja anggapan menerapkan Zero Waste dalam kehidupan terlalu idealis. Tapi, Zero Waste bukanlah sebuah idealisme melainkan keharusan. Mengurangi produksi sampah adalah keharusan. Zero waste is not a trend, it’s a return to culture

Siska Nirmala, dikutip dari buku zero waste adventure


Artikel ini ditulis oleh Dwi Sasetyaningtyas dan Siska Nirmala

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *