SLS atau Sodium Lauryl Sulphate dan SLES atau Sodidum Laureth Sulphate merupakan salah satu bahan yang sering ditemukan di produk-produk perawatan dan pembersih tubuh. Seperti sabun, sabun muka, shampoo, pasta gigi, dan deteterjen. Terbuat dari apa sih SLS atau SLES ini? apa sajakah dampak lingkungan ? Bahayakah efek penggunaan SLS atau SLES pada tubuh kita?
Mengenal Sodium Lauryl Sulphate dan SLES
Sodium lauryl sulfate (SLS) adalah salah satu jenis surfaktan yang biasa digunakan pada produk-produk yang memiliki sifat ‘membersihkan’. Fungsi surfaktan ini adalah menurunkan tegangan permukaan air. Sehingga kotoran dan minyak yang ada di tubuh atau baju kita lebih mudha untuk dibersihkan dan diangkat.
SLS/SLES juga berfungsi sebagai foaming agent atau penghasil busa pada produk-produk tertentu. Kandungan SLS ini diperoleh dari minyak kelapa sawit atau minyak kelapa. Itu mengalami berbagai proses kimia saat proses produksinya sehingga telah meninggalkan sifat alaminya.
SLS pertama kali digunakan sebagai pembersih mesin perang pada era Perang Dunia kedua (World War II) . Sifatnya yang secara kimia cukup abrasif dan korosif sangat berguna untuk membersihkan minyak dan kotoran peralatan dan kendaraan perang. Sampai pada akhirnya SLS mulai digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar di Amerika Serikat di dalam produk pembersih tubuh dan pembersih rumah.
SLES, atau Sodium Laureth Sulfate adalah senyawa turunan SLS. SLES dibuat dari bahan dasar yang sama seperti SLS. Yaitu minyak kelapa atau minyak biji kelapa sawit yang direaksikan dengan alkohol melalui proses ethoxylation. Menurut Campaign for Safe Cosmetics, Proses ini mengubah SLES menjadi lebih aman digunakan daripada SLS.
Produksi SLS/SLES
Sayangnya, proses produksi SLES melalui proses ethoxylation memiliki resiko kontaminasi senyawa 1,4 dioxane yang bersfiat karsinogenik. Untuk memastikan tidak adanya kontaminasi dari senyawa 1,4 dioxane ini, SLES harus melalui tahap pemurnian. Dimana kita tidak dapat memastikan bahwa semua perusahaan melakukan tahap pemurnian ini.
Ditambah lagi, Lembaga administrasi makanan dan obat-obatan Amerika Serikat, Food and Drug Administration (FDA). Tidak mewajibkan perusahaan untuk mencantumkan potensi kontaminasi senyawa 1,4 Dioxane ini pada label kemasan produk.
Sebuah penelitian dari Denmark, memeriksa 76 produk perawatan tubuh, seperti shampo, shower gel, sabun, deterjen dll. Dalam penelitian ini, 82% produk kosmetik dan perawatan tubuh dan 85% produk pembersih mengandung senyawa 1,4 dioxane.
Daftar Nama Lain dari Sodium Lauryl Sulfate:
Daftar Nama Lain dari Sodium Laureth Sulfate:
Dampak Penggunaan Sodium Lauryl Sulphate/SLES pada Tubuh
Cosmetic Ingredient Review juga menyatakan SLS aman digunakan untuk produk kemasan. Sampai sekarang, belum ada penelitian yang bisa dengan kuat membuktikan bahwa penggunaan SLS di dalam produk perawatan tubuh dan kosmetik berbahaya untuk kulit.
Sebuah studi yang menilai keamanan kandungan sodium lauryl sulfate menemukan bahwa bahan ini tidak berbahaya jika digunakan secara singkat dan segara dibilas dari kulit, seperti pada sampo dan sabun. Namun, penggunaan kandungan SLS dalam produk yang bertahan lama di kulit, konsentrasinya tidak boleh melebihi 1%.
Dalam penelitian yang sama, risiko penggunaan SLS bagi manusia memang menunjukkan beberapa kemungkinan, meskipun minimal. Cosmetic Ingredient Review menyatakan SLS memiliki potensi menjadi penyebab iritasi pada mata dan kulit pada level sedang hingga berat. Terutama untuk pengguna yang memilki kulit kering, sensitif atau kondisi kulit tertentu seperti eczema dan psiosaris.
Environment Canada Domestic Substance List menyatakan SLS memiliki potensi sebagai bahan beracun dan berbahaya akibat potensi kontaminasi senyawa karsiongenik 1,4 dioxane.
The International Agency for Research on Cancer menyatakan bahwa senyawa 1,4-dioxane diduga menjadi salah satu senyawa penyebab kanker atau bersifat karsinogenik. US FDA juga menyatakan bahwa senyawa 1,4 dioxnae merupakan senyawa beracun namun dalam level tertentu. Masih aman digunakan dalam produk-produk kosmetik dan perawatan tubuh.
The levels at which a chemical compound would be considered harmful in a cosmetic depend on the conditions of use (FD&C Act, section 601(a)). The 1,4-dioxane levels we have seen in our monitoring of cosmetics do not present a hazard to consumers.”
US FDA on SLS
Mungkin memang dalam jumlah sedikit, senyawa SLS/SLES yang terkandung di dalam produk perawatan tubuh atau kosmetik. Juga deterjen yang kita gunakan tidak berbahaya bagi tubuh kita dalam jangka pendek.
Bagaimana dengan jangka panjang? Belum tahu.
Sering kali kita lupa, bahwa jumah yang kecil ini kita gunakan setiap hari dan berlangsung selama puluhan tahun! Sering kali juga kita lupa, bahwa apa yang kita gunakan, kita bilas, dan air bilasan ini mengalir ke sungai, laut, dan menyerap ke tanah.
Bagaimana dampak SLS/SLES di lingkungan?
Dampak Penggunaan SLS/SLES pada Lingkungan
SLS/SLES dalam jumlah sedikit, mungkin saja tidak terakumulasi dan terdegradasi di lingkungan. Namun, menurut International Chemical Safety Card (ICSC), SLS/SLES termasuk kedalam senyawa yang beracun bagi lingkungan air, seperti sungai dan laut.
Senyawa SLS/SLES yang terkandung di dalam shampo, sabun dan deterjen akan kita bilas dan akan mengalir ke sungai terdekat dan memiliki potensi untuk mencemari lingkungan. Kontaminasi senyawa 1,4 dioxane yang bisa jadi terdapat di dalam SLS/SLES ini merupakan senyawa yang tidak mudah terurai di lingkungan. Akan berada di linkungan dalam waktu yang lama.
Jumlah SLS/SLES yang kecil namun digunakan 2-3 kali dalam sehari, dalam jangka waktu belasan – puluhan tahun. Digunakan oleh jutaan orang di dunia menjadikan hal ini patut kita pikirkan kembali.
Perlukah kita menggunakan produk-produk dengan kandungan SLS dalam keseharian kita?
Dampak lainnya?
Selain dampak langsung yang ditimbulkan dari penggunaan SLS/SLES terhadap lingkunga. Produksi SLS/SLES dengan bahan baku minyak biji kelapa sawit juga berpotensi memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.
Perkebunan kelapa sawit masih menjadi perbincangan hangat karena menjadi salah satu penyebab perubahan fungi lahan, kebakaran hutan dan mengancam keberlangsungan hidup hewan dan tumbuhan yang ada di hutan.
Misalnya seperti orangutan. 50.000 orang utan tewas akibat deforestasi dan perubahan fungsi lahan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit. di tahun 2016, hanya terdapat sekitar 45,000 orangutan di Kalimantan dan dengan jumlah ini, orangutan akan punah dalam waktu 25 tahun.
Solusi & Alternatif
Untuk melepaskan diri dari surfaktan, rasanya tidak mungkin, namun kita bisa mencoba mencari produk-produk alternatif yang ‘sulphates-free‘, ‘SLS-free’. Produk-produk alternatif ini menggunakan green surfactants.
Justin Dragna, Ph.D in Organic Chemistry, menyarankan untuk menggunakan produk dengan kandungan surfaktan yang berasal dari alkyl polyglycosides, seperti decyl glucoside. Karena lebih lembut untuk kulit dan mata dan dalam proses produksinya juga tidak terdapat potensi kontaminasi senyawa 1,4 disoxane.
Selain itu, kita juga bisa mencari produk-produk yang meggunakan green surfactant lain seperti Taurates, Isethionates, Olefin sulfonates, Sulfosuccinates, Sarcosinate. Karena rata-rata diproduksi dari tanaman dan tidak terkontaminasi oleh senyawa 1,4 dioxane.
Belanja produk-produk kecantikan dan pembersih tanpa SLS disini
-
Sabun Cuci Alami Lerak Padat Serbaguna – Soap Nut BarRp 59.000
-
Sabun Pembersih Alami Lerak CairRp 49.900 – Rp 89.900
-
Buah Lerak Lokal – Sabun Alami Ramah LingkunganRp 28.900 – Rp 55.900
Apakah Penggunaan SLS/SLES harus dihindari?
Walaupun belum ada riset yang kuat untuk menyatakan bahwa sedikit kandungan senyawa SLS/SLES yang terdapat di dalam produk kecantikan dan pembersih ini beracun bagi lingkungan, sebaiknya kita berhati-hati. Lebih baik lagi jika memungkinkan kita hindari.
Pemakaian produk sehari-hari yang digunakan oleh banyak orang akan berpotensi mencemari lingkungan. Ditambah proses produksi yang mungkin berasal dari minyak biji kelapa sawit yang diolah secara tidak berkelanjutan.
Untuk kamu yang berkulit kering, sensitif dan memilki kondisi tertentu, misalnya eczema dan psiosaris, sebaiknya hindari pemakaian produk dengan kandungan SLS/SLES karena berpotensi menyebabkan iritasi dan memperburuk kondisi kulit eczema dan psiosaris.
Jadi bagaimana? Masih mau pakai produk dengan kandungan SLS/SLES?
artikel yang bagus untuk belajar SLS
Nice info, thanks ya kak. Ternyata selain bersifat karsinogenik, SLS ini juga gak ramah lingkungan
Semoga jadi amal kebaikan yang mengalir dari tulisan ini
Terima kasih banyak untuk penulis sudah memberikan informasi penting yang dipaparkan dengan sangat jelas, detail, dan tentunya berdasar.