Sekitar satu minggu yang lalu, saya mendapat kesempatan untuk menghadiri perayaan satu dekade kolaborasi pengelolaan sampah kemasan antara Tetra Pak Indonesia dan Eco Bali Recycling. Acara ini bertujuan untuk mengapresiasi para pihak terkait peran dan kontribusi pengelolaan sampah di provinsi Bali.
Melalui acara ini, saya belajar lebih dekat tentang proses daur ulang Tetra Pak, yang sebelumnya pernah saya bahas secara mendalam disini. Perlu diingat bahwa Tetra Pak adalah produsen kemasan minuman yang melayani produsen dari berbagai merek, atau dengan kata lain model B2B, business to business. Beberapa produsen yang menggunakan kemasannya ini seperti Teh Botol Sosro dan Susu UHT Ultra.
Bentuk tanggung jawab Tetra Pak sebagai produsen kemasan
Tetra Pak sebagai produsen kemasan telah menjalin hubungan aktif dengan 4 mitra pengepul dan 2 mitra daur ulang di Jawa dan Bali dan telah mengumpul 4.095 Ton sampah kemasan Tetra Pak di tahun 2017. Sampah kemasan ini kemudian di proses lebih lanjut untuk menjadi produk lain seperti atap gelombang, furnitur dan kertas daur ulang.
Di tahun 2017 sendiri, Tetra Pak dan mitra daur ulang telah memproduksi lebih dari 100 ribu atap gelombang dan juga produk lain yang digunakan untuk program pembangunan rumah baca disekolah-sekolah yang dimulai pada awal tahun 2018.
Reza Andreanto, Environment Manager Tetra Pak Indonesia, mengatakan bahwa hingga bulan Oktober 2018, recycling rate kemasan dari perusahaannya di Indonesia mencapai 20.4% atau sama dengan 1 dari 5 kemasannya berhasil di “daur ulang”. Presentasi daur ulang ini cukup tinggi. Mengingat belum semua kota memiliki drop box atau mitra pengumpul yang bersedia menampung kotak kemasannya.
Tapi, apakah itu berarti kemasan Tetra Pak yang bisa di ‘daur ulang’ itu berarti sustainable?
Reza Andreanto, Environment Manager Tetra Pak Indonesia mengatakan bahwa Tetra Pak menganut sistem ekonomi sirkular open-loop. Yang artinya kemasan yang mereka buat ini bisa menjadi bahan baku utama untuk industri lain. Konsep ini bertentangan dengan konsep ekonomi sirkular dari Ellen Mac Arthur Foundation. Dimana dalam sistem ekonomi sirkular ada 3 prinsip yang harus diperhatikan:
- tidak ada limbah dan polusi
- memakai produk dan material secara berulang dan terus menerus
- Regenerasi secara alami
Diagram sistem ekonomi sirkular selengkapnya bisa dilihat disini.
Jika melihat kembali 3 prinsip sistem ekonomi sirkular dan membandingkan kembali dengan apa yang sudah dilakukan oleh Tetra Pak. Tentu Tetra Pak masih belum bisa kita kategorikan sistem sirkular.
Adapun open-loop system yang dianut oleh Tetra Pak ini sama dengan sistem ekonomi linear. Dimana Tetra Pak akan selalu membutuhkan kertas, aluminium dan bijih plastik (polietilen) baru untuk memproduksi kemasannya. Hal ini bertentangan dengan prinsip sistem ekonomi sirkular nomor 2. Dimana seharusnya produsen memakai produk dan material secara sirkular, berulang, dan terus menerus.
Selain itu, proses daur ulang Tetra Pak juga cukup rumit. Proses daur ulang kemasan karton diawali di pabrik kertas untuk memisahkan lapisan kertas dari lapisan polietilen dan aluminium. Nah setelah lapisan kertas berhasil dipisahkan dari lapisan polietilan dan aluminium, proses daur ulang kertas dilakukan.
Jadi proses daur ulang kemasan Tetra Pak ini terdiri dari 2 proses yang berbeda. Yaitu proses daur ulang kertas, dan proses daur ulang (menjadi produk lain) lapisan polietilen dan aluminium. Proses ini dilakukan di pabrik daur ulang mitra tetrapak dengan proses yang memakan energi dan waktu. Tidak lupa proses transport kemasan ini juga menyumbang jejak karbon yang cukup besar. Karena kertas kemasan mereka berasal dari hutan-hutan di Eropa. Selengkapnya tentang proses daur ulang Tetra Pak bisa dibaca disini.
Better than nothing, but first REFUSE
Proses daur ulang yang sangat panjang, memakan energi dan waktu. Saya lebih suka merekomendasikan untuk meREFUSE, atau menolak dan menghindari produk apapun yang berkemasan. Meskipun, kemasannya bisa di daur ulang seperti Tetra Pak ini. Sayangnya, tidak semua orang memiliki akses untuk membeli minuman tanpa kemasan, misalnya susu sapi atau kedelai segar untuk anak kita. Nah, dalam keadaan terpaksa seperti ini, tentunya kita bisa membeli minuman kemasan. Diusahakan beli dengan ukuran paling besar dengan bertanggung jawab.
Konsumen memiliki peran yang sangat penting untuk memastikan sisa kemasan mereka dapat terdaur ulang. Jika kemasan ini tidak dilipat dengan pipih dan masih mengandung cairan didalamnya. Tentu akan mengurangi nilai jual kemasan dan menyulitkan proses daur ulang. Pastikan kita sebagai konsumen melakukan 3L: Lipat, Letak, Lepas. Selanjutnya, kita sebagai konsumen dapat menyerahkan kembali kemasan ke bank sampah / drop box terdekat untuk di daur ulang.
Apa yang telah dilakukan Tetra Pak saat ini memang cukup bisa kita apresiasi. Sebagai produsen kemasan, Tetra Pak cukup gencar dalam memkampanyekan 3L: Lipat, Letak, Lepas. Serta menjaring beberapa mitra untuk mengumpulkan dan mendaur ulang kemasan mereka. Namun, ada juga beberapa poin yang sebaiknya Tetra Pak juga harus perbaiki.
What can be better?
Here are some points which I do think Tetra Pak could do better:
- Menjaring lebih banyak mitra bank sampah untuk menerima kemasan merekak, tidak hanya berfokus di Jawa dan Bali. Begitu juga dengan drop box, Tetra Pak bisa bekerja sama dengan sekolah-sekolah lebih banyak lagi
- Menuntut produsen pengguna kemasan dari Tetra Pak untuk turut ikut serta bertanggung jawab atas kesamannya. Bagi saya, tidak masuk akal jika Tetra Pak berbuat lebih banyak dari pada produsen minuman itu sendiri. Pengiriman produk minuman berkemasan keluar kota atau pulau harus diimbangi dengan pengiriman kembali sampah kemasan produsen
- Kampanye 3 L memang terkesan bagus. Namun jangan lupa, sedotan yang terikat dengan kemasan mereka, juga terbungkus plastik sekali pakai yang sangat tipis dan mudah sekali tertiup angin. Sering kali plastik pembungkus sedotan di kemasan dari Tetra Pak kecil terlupakan.
- Sebaiknya kampanye 3L juga menyebutkan tentang pentingnya meLETAKKAN plastik pembungkus sedotan ke dalam kemasan dari Tetra Pak
Gimana menurut kalian? Masihkah kita perlu kemasan Tetra Pak?