Listrik bagi sebagian besar orang Indonesia sudah menjadi bagian dari kehidupannya. Listrik bagi sebagian besar orang Indonesia yang hidup di kota besar merupakan hal yang biasa. Even, we often take it for granted, atau memakainya secara berlebihan. Meski gerakan hemat listrik sudah sering digaungkan.
Listrik menciptakan kenyamanan dalam hidup kita setiap hari. Tapi, ternyata listrik belum bisa dinikmati oleh saudara-saudara kita di pelosok Indonesia lho! Banyak diantara warga Indonesia yang hidup di pedalaman dan di luar Jawa yang belum beruntung untuk menikmati listrik seperti kita.
Kenapa Harus Hemat Listrik?
KESDM menyatakan bahwa rasio elektrifikasi, atau persentasi jumlah rumah tangga yang memiliki akses listrik, di tahun 2017 telah mencapai 95.35%. Rasio ini mengambarkan jumlah rumah tangga yang sudah berlistrik dibanding dengan jumlah rumah tangga nasional. Sebanyak 62.5 juta rumah tangga (93.03%) dialiri listrik dari PLN, sementara 1.5 juta rumah tangga lain (2.32%) mendapat listrik off-grid non PLN yang dibangun oleh PEMDA atau Swasta [1]. Memang angka ini terkesan besar, tapi yuk kita lihat lagi lebih dalam bagaimana PLN dan ESDM memenuhi kebutuhan listrik nasional dan target rasio elektifikasi yang ditargetkan mencapai 99% pada tahun 2019.
Berdasarkan evaluasi sumber pembangkit listrik semester I tahun 2018, Indonesia menggunakan bahan bakar fosil sebanyak 87,3% untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional yang mencapai 35,000 Mega Watt (MW). Dengan batu bara yang mendominasi sebsesar 58,64%, disusul kemudian gas 22,48% dan BBM sekitar 6,18% atau mencapai 1,77 juta kilo liter. Energi baru dan terbarukan hanya menyumbang sebesar 12,71% dalam pemenuhan kebutuhan listrik nasional [2].
Penggunaan bahan bakar fosil sebagai pembangkit listrik sudah pasti mempengaruhi ketersediaan bahan bakar fosil yang merupakan sumber daya habis dan tidak dapat diperbarui dalam waktu singkat. Pemakaian listrik berbahan bakar fosil juga menghasilkan emisi karbon yang memiliki peran pada efek rumah kaca dan perubahan iklim. Sudah semestinya kita menggunakan listrik dengan bijak dan tidak berlebihan karena listrik di Indonesia masih belum diproduksi dari bahan baku yang ramah lingkungan dan tidak semua rakyat di Indonesia bisa menikmati listrik lho!
Faktanya, dengan hanya mematikan listrik di Jawa-Bali selama 1 jam, sebanyak hampir 2,6 juta rumah di timur Indonesia terlistriki selama 1 hari [3]. Penggunaan listrik yang bijak tentunya akan berdampak lebih baik pada lingkungan dan juga pada kondisi finansial keluarga kita, karena pasti akan mengurangi jumlah tagihan listrik yang harus dibayar!
Yuk kita bijak gunakan listrik! Bagaimana caranya?
- Waspadai vampir listrik. Teman-teman tau tidak, dalam keadaan mati, alat-alat elektronik akan tetap mengonsumsi listik jika dibiarkan tetap terpasang? Yuk cabut alat-alat elektronik saat tidak digunakan di ruma
- Matikan AC saat tidak diruangan dan Atur temperatur AC di suhu 24-27 C. Semakin rendah suhu AC semakin besar daya yang diperlukan
- Atur Volume suara atau SPEAKER TV. Semakin keras volume, semakin besar daya yang dibutuhkan
- Matikan LAYAR MONITOR komputer saat tidak digunakan. Gunakan resolusi display dan setting brightness layar ada titik rendah. Semakin terang layar, semakin besar daya yang diperlukan
- Matikan lampu saat keluar ruangan. Dan ganti lampu menjadi lampu LED hemat energi
- Manfaatkan sinar matahari untuk pencahayaan di siang hari
- Memasak nasi sesaat sebelum waktu makan dan MATIKAN rice cooker setelah nasi matang. Rice cooker bukan untuk menyimpan nasi
Jadi, sudah tau kan kalau hemat listrik itu bukan cuma perkara hemat tagihan aja, tapi lebih dari itu, kita turut ikut serta menjaga bumi kita! Sudah siap hemat listrik hari ini?