Dua setengah tahun lalu, menstrual cup belum terlalu familier di telinga saya. Pertama kali tahu menscup pun secara tidak sengaja ketika sedang membaca blog orang. Ketika itu saya berpikir, eh lucu banget ini pakai menscup, kayaknya enak dan ga ribet. Gausah pusing mikirin nyuci atau ganti pembalut, terus ga nyampah lagi. Tapi, tentu itu hanya di awal saja. Begitu membayangkan si menscup ini harus dimasukan dalam vagina, nyali saya jadi ciut. Agak ngeri-ngeri gimana gitu bayanginnya. Bahayakah menggunakan menstrual cup bagi perawan?
Selain itu pertanyaan-pertanyaan konyol pun bermunculan. Misalnya, hm, aman ga ya pakai menscup? Duh cara masukinnya gimana? Terus kalau nyangkut dan nggak bisa keluar gimana? Serius, pertanyaan bodoh dan konyol seperti itu pernah berseliweran dan membuat saya mikir berkali-kali.
Tapi sejujurnya, hal lain yang lebih mengintimidasi adalah soal memasukan benda asing ke dalam vagina. Apalagi membiarkannya selama beberapa jam di dalam sana, ketika saya pribadi belum menikah. Butuh waktu beberapa bulan untuk meyakinkan diri saya sendiri sebelum akhirnya yakin menggunakan menscup.
Bagi mereka yang belum menikah, berbicara tentang menscup mungkin sekali berhadapan dengan kegalauan ini: kalau saya menggunakan menscup (yang artinya memasukan sebuah benda dalam vagina saya), apakah artinya saya jadi tidak perawan?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, agaknya konsep keperawanan sendiri mungkin perlu diperjelas!
Apabila hanya soal selaput dara, selaput dara sendiri bisa rusak karena berbagai hal seperti olahraga. Pun fungsi selaput dara masih berada dalam zona abu-abu. Selain digunakan sebagai indikator keperawanan bagi perempuan dalam budaya tertentu.
Akan tetapi, jika selaput dara seorang perempuan tidak lagi utuh (karena berbagai faktor yang mungkin terjadi), apakah menjadikan seorang perempuan tidak berharga atau tidak layak disebut perempuan lagi?
Saya pribadi percaya, value saya sebagai seorang perempuan tidak ditentukan oleh soal selaput dara. Keputusan menggunakan menscup juga memiliki alasan yang sangat jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Setidaknya bagi diri saya sendiri.
Saya mau memiliki alternatif menstruasi yang lebih nyaman, lebih sehat dan pasti minim sampah. Sesederhana itu saja. Tentu, setiap orang mungkin memiliki value personal yang berbeda-beda.
Oleh sebab itu, saya tidak bisa menyamaratakan semuanya. Pada akhirnya harus mengembalikan pilihan ke masing-masing individu yang berkepentingan.
Lagi pula, sebagian besar perempuan mempertimbangkan menggunakan menscup juga karena tujuan yang positif, seperti alasan kepraktisan, kenyamanan, kesehatan atau lingkungan. Buat saya, semuanya sangat masuk akal. Lalu, kenapa tidak?
Berapa banyak perempuan yang merasa tidak nyaman menggunakan pembalut sekali pakai? Saya yakin, banyak banget. Saya sendiri merasa lembab dan kadang iritasi ketika pakai pembalut. Memang masih bisa ditoleransi sih.
Tapi saya tahu, ada beberapa orang yang mungkin mengalami alergi yang lebih parah. Terus kenapa perlu beralih ke menstrual cup? Beberapa alasan yang dapat menjadi pertimbangan mungkin dapat dibaca disini.
Lalu, gimana pengalaman pakai menscup pertama kali?
Pertama kali coba susah banget masuknya. Saya coba pakai bukan pada masa period, jadi wajar banget kalau lebih susah masuk. Beda banget kalau pas period jauh lebih gampang masukinnya. Butuh waktu setengah jam untuk masukin cup pertama kali.
Rasanya juga agak perih. Setelah dipikir-pikir, sepertinya itu karena saya tegang dan takut. Jadi, ketika kita tegang, otot-otot vaginanya jadi ikut tegang dan seakan terasa mengkerut/mencengkram cup nya.
Alhasil, cup jadi susah masuk ataupun terbuka di dalam. Setelah mencoba lebih rileks (saya coba nyanyi-nyanyi sambil senyum-senyum sendiri), eh cupnya lebih mudah masuk. Serius 🙂
Sensasi pakai menscup juga tidak menyeramkan yang saya bayangkan awalnya. Apalagi waktu dipakai pas period rasanya nyaman banget. Di masa awal pemakaian, memang ada perasaan aneh karea tahu ada sesuatu di dalam vagina. Tapi tidak terasa mengganggu.
Setelah beberapa pemakaian malah nggak kerasa lagi menstruasi. Rasanya bersih dan kering. Bisa duduk atau pecicilan dengan nyaman (soalnya dulu waktu pakai pembalut kayaknya mesti hati-hati banget karena takut geser atau takut bocor)
Apa pakai menstrual cup bisa bocor?
Bisa, KALAU pasangnya kurang pas, cupnya tidak terbuka di dalam, atau cupnya kepenuhan. Dua hal pertama bisa dipelajari seiring berjalannya waktu. Artinya, semakin lama kamu menggunakan menscup, semakin mudah kamu menemukan trik dan cara yang sesuai dengan tubuhmu (soalnya setiap orang bisa berbeda-beda).
Saya sendiri butuh waktu beberapa siklus haid sampai akhirnya bisa lancar pakai menscup. Kalau soal cup penuh, itu bergantung volume haidnya. Bisa diantisipasi dengan rajin ngecek di awal-awal pemakaian, jadi bisa tahu kapan harus kosongkan cupnya. Intinya practice makes perfect.
Untuk pengguna baru, bisa dibantu pakai dengan menstrual pad, jaga-jaga kalau bocor. Jangan cepat menyerah juga kalau diawal-awal masih bocor atau masih bingung gimana caranya supaya pasangnya pas. Percaya deh, saya juga butuh waktu beberapa bulan untuk nemuin trik yang cocok di saya.
Lama-lama pasti bisa kok, asal mau mencoba mengenal tubuhnya lebih dekat lagi. Tidak perlu juga membandingkan dengan orang lain, karena sekali lagi, tubuh setiap orang berbeda-beda. Kita sendiri yang harus nemuin apa yang pas dan works di badan kita.
Selain itu, kita tidak perlu takut menscupnya hilang di dalam vagina. Enggak mungkin hilang. Beneran. Jika menscup naik (misalnya karena posisi leher rahimnya tinggi), tinggal mengejan saja, nanti menscupnya akan turun. Adapun tips cara pakai yang lebih lengkapnya bisa dibaca disini ya.
Lalu, setelah hampir dua tahun ini, apakah saya menyesal pakai menstrual cup?
Jawaban saya: TIDAK SAMA SEKALI! Serius, ini jujur sejujurnya. Sebelumnya, saya nggak pernah kebayang ada alternatif menstruasi yang bisa terasa senyaman dan sekering menscup.
Rasanya bebas mau ngapa-ngapain, karena enggak perlu khawatir lagi soal pembalut geser ataupun terasa lembab. Beneran kayak lagi nggak menstruasi. Hal lain yang saya sadari, menggunakan menscup juga membuat saya juga jadi lebih mengenal tubuh saya sendiri :).
Jadi kesimpulannya gimana?
Keputusan menggunakan menscup adalah sesuatu yang sangat personal. Bagi kamu yang belum menikah dan masih merasa ragu beralih ke menscup karena satu dan lain hal. Kamu mungkin bisa mencoba melihat kembali hal tersebut. Jadi, selalu sesuaikan dengan nilai yang kamu percayai.
Tidak perlu ikut-ikutan orang lain kalau memang merasa tidak cocok atau tidak selaras. Sesederhana itu saja. Toh tidak ada orang yang paksa kamu kan? Jika merasa belum yakin dengan menscup, tidak masalah kok, kamu bisa memilih alternatif lain seperti menstrual pads. Semuanya sama-sama baik. Masing-masing punya plus minus sendiri-sendiri.
Lepas berbagai hal positif tentang menscup ini, jangan membuat kita terlena soal kebersihan ya. Meskipun menscup ini terlihat praktis, kita HARUS merawat menscup dengan baik dan benar karena kita memasukannya ke organ intim kita.
Selalu jaga kebersihan tangan dan menscup yang kita gunakan. Sterilkan menscup setelah siklus menstruasi selesai (dan kalau mau, juga sebelum dipakai) dan simpan di tempat yang kering.
Kalau sudah mulai nge-flek apa masih pakai menscup?
Kalau tidak dipakai, apa menggunakan menspad atau pakai cara lain?
Berapa lama/hari menggunakan menscup dari awal haid sampai bersih haidnya?
Setelah mulai nge-flek, kalau masih pakai menscup, apa ada perbedaan ketika masukin menscup ke vagina, apa lebih sakit atau sulit, atau…?
Maaf, ya, saya bertanya terlalu banyak!
hi,
kami rekomendasikan untuk memakai menstrual cup HANYA PADA SAAT HAID yah, jadi kalau masih nge-flek aja bisa pakai menstrual pad yang ukuran mini 🙂
salam