Sudah menjadi hal yang biasa jika kita membaca atau melihat berita tentang banjir di Jakarta. Daerah Ibukota memang sudah menjadi langganan sejak lama, dengan daerah penyerapan yang minim dan mendapat kiriman air sungai dari berbagai daerah lain. Sehingga ketika musim penghujan tiba, warga Jakarta tak memiliki pilihan selain bersiap-siap. Ironisnya, sebagai daerah yang langganan banjir, namun Jakarta juga menjadi daerah dimana air bersih sulit didapatkan. Dengan sekian banyak penduduk yang tinggal di Jakarta, hanya 15% diantaranya yang bisa mengakses air bersih sebagai air minum setiap harinya.
Hal itu dipaparkan oleh Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Diana Kusumastuti. Jelas menjadi masalah yang sangat serius, dimana itu artinya sebanyak 85% warga kesulitan sekadar untuk mendapat air bersih untuk minum yang menjadi salah satu kebutuhan utama. Kondisi diperparah ketika musim kemarau, dimana puluhan kecamatan berpotensi untuk mengalami kekeringan karena sulit mengakses air bersih. Seperti misalnya yang dialami oleh warga di Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Ketika musim kemarau, warga bisa kesulitan mendapat air bersih hingga sebulan lebih!
Penyebab Jakarta Kekurangan Air Bersih
Pada tahun 2019, terjadi penurunan produksi air bersih di Jakarta yang dipicu oleh air baku yang tersedia hanya sedikit. Menurut Badan Pusat Statistik, penyebab masalah itu adalah karena hanya 2 sungai di Jakarta yang menyediakan air baku, yaitu Sungai Cengkareng dan Kali Krukut. Padahal sebenarnya di Jakarta ada sebanyak 13 sungai. Lalu kemana air 11 sungai lainnya?
Sebagian berpendapat bahwa Jakarta membutuhkan waduk untuk menampung air sungai, sehingga bisa menjadi cadangan ketika musim kemarau. Faktanya, Jakarta sudah memiliki waduk, namun terkendala oleh kualitas air yang terkontaminasi sampah dan endapan yang menumpuk di salurannya. Seperti yang terjadi pada Waduk Jati Luhur. Sehingga pada akhirnya air sulit untuk diolah lagi menjadi air bersih. Apalagi dengan jumlah penduduk Jakarta yang terus bertambah, membuat kebutuhan air semakin meningkat. Air sungai yang seharusnya bisa diolah kembali menjadi air bersih, kini sulit untuk ditangani karena sudah tercemar pada level berat. Seperti yang disampaikan oleh Febry Yuarsa, Bagian Utilitis IPA Taman kota, sampah rumah tangga sampai kasur adalah musuh utama dari ketersediaan air bersih.
Apa yang Harus Dilakukan?
Masalah kekurangan air bersih karena tumpukan sampah bisa menjadi lebih buruk karena Jakarta harus bersiap dengan prediksi kenaikan air laut. Karena jika hal itu benar-benar terjadi, maka pengolahan air bersih di Jakarta akan mendapatkan beban yang lebih kompleks. Sehingga tak bisa menunggu lebih lama lagi, masing-masing pihak harus mulai mengambil langkah!
Peran Pemerintah
Sebagai pihak yang memiliki kewenangan dalam pengelolaan sumber daya daerah, maka tentu pemerintah yang memiliki peran strategis dalam hal ini. Pemerintah bisa membantu dengan penyediaan lebih banyak fasilitas untuk penampungan air. Pembersihan sungai dari sampah pun perlu dilakukan lebih rutin untuk memastikan tidak ada tumpukan sampah yang menyumbat saluran. Sehingga air yang mengalir dari hulu bisa terjaga kualitasnya hingga ke tempat pengolahan air.
Selain itu kewenangan pemerintah sebagai pembuat regulasi juga bisa mendukung untuk pengelolaan limbah sebelum dibuang ke sungai dan membuat regulasi tentang produk-produk yang berpotensi mencemari lingkungan. Akan lebih baik lagi jika pemerintah juga melakukan kampanye tentang optimasi penyerapan air, untuk menyimpan cadangan air sekaligus mengatasi banjir.
Peran Kita
Nah, lalu apakah kita sebagai masyarakat hanya diam saja? Tentu tidak! Kita bisa membantu ketersediaan air bersih, setidaknya untuk keluarga kita, dengan berbagai cara berikut:
- Menampung atau memanen air saat musim penghujan menggunakan sejenis tandon air di atap rumah untuk kemudian disalurkan ke penyimpan cadangan air atau keran.
- Menggunakan air secukupnya (hemat-efisien)
- Mengurangi belanja yang berpotensi menghasilkan banyak sampah, misal dengan membeli kemasan yang lebih besar
- Memilah sampah antara yang organik, anorganik dan B3
- Ikut dan aktif mengkampanyekan gerakan menanam pohon. Karena pohon adalah penyimpan cadangan air yang terbaik.
Peran Industri
Tentu saja peran industri juga akan sangat berpengaruh karena jumlah sampah atau limbah yang mereka buang lebih besar. Mereka bisa membantu mengatasi masalah ini dengan tidak membuang limbah di saluran air atau sungai. Lebih baik lagi jika mereka bisa menggunakan bahan baku ramah lingkungan dan membuat produk-produk yang menghasilkan sedikit sampah.
Kekurangan air bersih yang menimpa Jakarta bukan sepenuhnya salah musim kemarau, namun juga kesalahan manusia yang menghabisi lahan hijau (penyimpan cadangan air) dan membuang sampah dan limbah ke sungai. Sehingga konsekuensinya manusia harus memikirkan cara lain untuk membangun cadangan airnya sendiri. Semoga bermanfaat!