Mengapa Beralih ke Sustainable Beauty?

Istilah Sustainable Beauty bukan sesuatu yang familiar? wajar kok! Tidak dapat dipungkiri, kita menggunakan beragam produk perawatan kulit dan kecantikan setiap harinya. Mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, seperti sabun, shampoo, pasta gigi, lotion, sampai make-up di wajah kita. Mulai dari yang murah sampai yang mahal.

Sudah menjadi rahasia umum, kalau sebagian produk konvensional yang ada di pasaran memiliki kemasan yang tidak ramah lingkungan (contoh: plastik). Sebagian besar juga mengandung bahan kimia sintetik yang tidak hanya berpotensi membahayakan tubuh kita (khususnya jika terpapar setiap hari), tetapi juga memiliki bahaya juga bagi lingkungan.

Fenomena tersebut kemudian memunculkan kegelisahan yang akhirnya mendorong hadirnya alternatif pengganti produk konvensional dengan produk sustainable. Alasan yang utama, tentu adalah minimalisasi dampak negatif untuk tubuh kita, juga untuk bumi dan makhluk hidup lainnya. Namun, jika melihat keseluruhan proses dari hulu ke hilir, dampak sebuah produk tentu bukan hanya dari bahan yang dikandungnya, tetapi juga dari proses pengemasan hingga pengiriman untuk sampai ke tangan kita sebagai konsumen. Dari sinilah kemudian Sustaination menghadir alternatif lain untuk menjembatani keduanya melalui proyek #bluebeauty, yaitu produk yang tidak hanya aman bagi tubuh kita tetapi juga tidak berbahaya bagi lingkungan.

Terus, kenapa kita perlu beralih ke sustainable beauty? Sebelum menjawab pertanyaan ini, yuk kita kenali dan bedah beragam sisi produk perawatan kulit dan kecantikan konvensional vs sustainable!

KONVENSIONAL

1. Sampah kemasan plastik sekali pakai

Produk konvensional, mulai seperti shampoo, deodorant atau lotion banyak dijual dalam kemasan sachet atau refill dengan potensi daur ulang yang kecil, kecuali jika dialihfungsi menjadi kerajinan tertentu seperti tas belanja atau hal lainnya. Kita sudah tahu kan kalau pembuatan kemasan plastik juga menyumbang jejak karbon yang tidak sedikit? Cost lingkungannya terlalu besar apalagi jika hanya digunakan sekali pakai.

Opened lotion tube with blaOpened lotion tube with black cap on a white tableck cap on a white table

2.  Kandungan plastik dan mikroplastik

Mikroplastik adalah plastik dengan ukuran yang sangat kecil (<5mm) sehingga sulit dilihat secara kasat mata. Dalam scrub yang kita pakai untuk kulit kita, misalnya dalam sabun pembersih muka, terkandung microbeads yang merupakan salah satu jenis mikroplastik lho. Menggunakan produk yang menggunakan microbeads sama artinya dengan melepas mikroplastik ke lingkungan!

3.  Penggunaan bahan sintetik yang memiliki potensi bahaya bagi tubuh

Tentu ilmuwan yang mensintesis berbagai zat kimia mungkin tidak berniat membahayakan hidup kita. Pun ada bahan tertentu yang memang tidak tersedia secara alami di alam. Hadirnya bahan sintetik dipicu oleh demand industri yang membutuhkan fungsi zat tersebut dengan cost yang murah yang dapat diproduksi dengan jumlah yang besar secara cepat. Sayangnya harga yang harus dibayar oleh bahan sintetik tertentu juga tidak ‘semurah‘ harganya, terlebih ketika dipakai terus menerus di tubuh kita.

4. Produk turunan minyak bumi

Produk perawatan kulit ataupun komestik konvensional umumnya menggunakan bahan yang berasal dari turunan minyak bumi, misalnya PEG dan paraben. Ada demand tentu ada produksi, dan pastinya akan berimbas pada perusakan lingkungan dari proses hulu (ekstraksi bahan) yang seringkali tidak banyak kita ketahui. Selain itu, sebagian besar bahan tersebut tidak memiliki manfaat untuk kulit dan tubuh kita. Tidak sepadan dengan proses pembuatannya ya?

5.  Penggunaan minyak kelapa sawit

Palm Oil
Credit: tk tan (Pixabay)

Tidak semua produk menggunakan sustainable palm oil (tersertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil – RSPO). Dan sudah bukan rahasia umum jika perkebunan kelapa sawit konvensional dibangun dari lahan hutan yang dibabat dan dialihfungsi menjadi perkebunan. Persiapan lahan sawit konvensional ini menyumbang jejak karbon yang besar karena proses pembakaran dan hilangnya pepohonan hutan yang berpotensi menyerap karbon. Selain itu, habitat hewan juga kian tergusur ketika hutan semakin berkurang. Belum lagi, isu etis (buruh atau ekosistem sekitar) yang kerap melekat.

6.  Penggunaan bahan kimia tambang

Selain sumber daya yang terus terkeruk, jejak karbon mulai dari bahan ditambang sampai didistribusikan dan menjadi produk juga tidak sedikit. Proses penambangan umumnya memiliki dampak lingkungan bagi wilayah dimana tambang tersebut berada, juga pada orang yang tinggal di sekitarnya. MICA, misalnya, digunakan dalam kosmetik yang kita gunakan sehari-hari untuk membuat efek mengkilap, seperti pada lipstick, eye shadow, blush on, atau bedak. Proses penambangan mica seringkali melibatkan buruh anak dengan risiko keselamatan kerja yang rendah dan tentu bertentangan dengan isu etis dan sosial.  

SUSTAINABLE BEAUTY

1. Bahan sustainable: tidak berbahaya bagi tubuh dan memiliki manfaat jangka panjang

Produk yang sustainable, umumnya dibuat dari bahan yang sustainable juga, misalnya natural. Dibandingkan bahan sintetik yang sebagian besarnya berasal dari turunan minyak bumi (tidak sustainable), bahan yang natural tentu memiliki beberapa keunggulan dari segi manfaatnya.

2. Cruelty-free

Cruelty free artinya tidak membahayakan makhluk hidup lain dalam proses pembuatan produk tersebut, mulai dari ekstrasi bahan sampai produknya jadi. Oleh sebab itu, formulator yang baik pasti akan melihat darimana bahan-bahan yang ia gunakan datang. Apakah dari produsen yang kredibel yang terpercaya? Ini juga menjadi salah satu alasan bahwa standardisasi itu penting ya. Jangan sampai klaim natural dan berasal dari bahan alam, tapi ternyata proses pembuatan (atau pengadaan bahan) bertentangan dengan isu etis dan lingkungan!

3. Sustainable or Palm Oil Free

Produk yang sustainable tidak menggunakan minyak kelapa sawit konvensional yang dikenal memberikan dampak negatif untuk lingkungan, kecuali jika ada menggunakan palm oil dengan label sustainable (RSPO).

4. Kemasan minim sampah

Yes, yes! Ini syarat mutlak dong ya. Sustainable beauty ini dilihat tidak hanya dari bahan yang digunakan, tetapi juga sampai bagaimana produk dikemas! Produk yang sustainable HARUS minim sampah untuk memberikan sesedikit mungkin dampak untuk lingkungan. Kemasan harus dapat didaur ulang, bisa digunakan berulang-ulang, atau bahkan mungkin dikomposkan.

5. Sumber bahan tidak menyalahi kaidah etis

Aspek ini melihat apakah suatu bahan ditambang atau dibudidayakan dengan cara yang tidak layak, misalnya menggunakan buruh anak atau berisiko tinggi tanpa memberikan keselamatan kerja, merusak habitat ekosistem lain di sekitar daerah tambang/budidaya, atau membahayakan manusia dan makhluk hidup lain dalam prosesnya, dari hulu ke hilir

Conventional vs Sustaianable Beauty

Apakah natural dan sustainable berarti adalah produk yang paling oke? Yes, ada banyak keunggulannya bila dibandingkan dengan produk konvensional. Namun, bahan natural tidak berarti juga bebas alergi ya. Karena tubuh setiap orang berbeda-beda. Oleh sebab itu, dalam melihat suatu produk natural dan sustainable, penting untuk melihat siapa yang membuatnya. Apakah orang/brand tersebut memiliki keahlian yang mumpuni dalam membuat produk skincare dan kosmetik yang benar dan aman? Karena jika terjadi sesuatu dengan diri kita, tentu kita dapat mendapat alasan yang logis yang dapat dipertanggungjawabkan, tidak asal memberikan justifikasi. Selalu menjadi konsumen yang bijak dan berkesadaran ya.

Kalau menurut kalian gimana, apakah beralih ke sustainable beauty itu penting? Alasan apa yang membuat kalian ingin beralih?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *